Selasa, 07 Juni 2011

Orang - Orang yang Patah Hati

aku kini didalam laut
tapi aku dengar dari lumut - lumut yang singgah
dan kadang terlihat juga bayang mereka dari dalam samudera
tentang berita;
gosip;
cerita;
kisah yang belum tentu asal muasalnya

saat kulihat langit dari dalam gua laut,ku bertemu gadis awan yang sedang bercakap sendiri
katanya: wahai, maafkan aku yang harus tinggalkanmu
aku tertawa dan membayangkan kepada siapa ia mengaduh
pelukis,mungkin?
ternyata disini ada yang patah hati

lalu aku dengar dari lumut - lumut hijau akan desah tangis gadis berkulit kayu
dia kehilangan separuh tangkainya yang direbut luka sang pengelana kuda
ternyata disini ada yang patah hati lagi

walau semua masih berbayang selimut kabut tebal
"Benarkah?", rayu lembut koral
"Entah", kataku semu

lalu aku duduk dipangkuan pelaut,
berharap jangan aku yang patah hati

Kisah Tidak Patah Hati

aku berjalan susuri lorong kecil ditengah laut
sang pelaut bersamaku
aku dan dia tersenyum pada ombak
kami kini tidak patah hati

walau kadang sang pelaut melempar karang keluar samudera
membentur kepalaku yang migrain dan perih terkena luka

belakangan aku tahu duyung - duyung yang mengejar kedipan pelaut
smentara ia masih risau pada pemuda - pemuda yang bayangi langkah laluku

tapi selalu kami kembali
dalam cinta yang tidak lagi patah hati

gadis awan

untuk gadis awan yang temaniku saat terik:

terimakasih sudah datang dan tunjukkan aku nyata
mungkin dalam nyalang dunia, aku takkan bisa ucap
aku takkan toreh luka untukmu dalam kanvas

aku tahu
bahkan saat kubaca catatan - catatanku,terlihat amat jatuh dalam drama pelukis yang sok sok menjadi sutradara muda
yang tenggelam di pusaran cinta
terbawa arus kisah yang dirangkai dan menjadikannya nyata didunia karena dia dan aku telah patah arang pada kisah yang waktu itu menghilang

kini aku
kini dia
telah tenggelam dalam realita yang bermain dalam kisah masing - masing

mungkin dia
sebagaimana aku
kehilangan alasan untuk bertepuk cinta

jangan sampai kau,gadis awan, kehilangan awanmu untuk meneduhkan pelukis yang benci ketika hujan
karena hujan buatnya takbisa berbaring di rerumputan dan bicara pada awan - awanmu

tapi jikapun hujan, tenang saja
karena pelangi yang dilukisnya bukan untukku
tapi untukmu


#dari gadis berbaju putih pengumpul cahaya malam

Gubuk Pengelana Kuda

Yang memacu kuda sedang kacau gubuknya
Aku hampiri
Bantu lap jendela kacanya

Dia bilang terimakasih
Aku tersenyum lalu pergi

Dan kami tak pernah bicara didunia nyata..

Sang Pelukis

Sang pelukis tlah bertemu kanvas lama yang dulu disiakan
Gadis perenung awan singgah lagi
Mereka bergenggam melukis kisah yang pernah terwarna

Aku?
Gaun putih robek
Menangis tertawa pada sang bulan
Smoga gadis awan dan sang pelukis bahagia tanpa luka

Pelaut

Pelukis tlah pergi mengembara
Sang pemacu kuda masih berputar dengan putri kayu

Pelaut membenciku
Dia bilang aku seperti udang
Tapi dia cinta aku,aku tahu

Tadi malam kami saling mendorong dan aku terjatuh
Dia tak mau angkat aku

Lalu dia pergi..

Pelukis vs Pelaut

Pelukis vs Pelaut

oleh Inda Nur Shadrina pada 18 Maret 2011 jam 7:52
Sang pelukis tak lagi dikursinya

Aku menunggu


Wahai,lihatlah sang pelaut sudah menepi
Aku mohon Tuhan beri tanda untukku

Lalu kau malah berjalan dalam kabut!
Dan pelaut berani jelajah hutan

Tampaknya aku harus teriak!

Dan bicara




..jua memilih..

Gadis Berbaju Putih

ketika aku melangkah setelah jatuh dari jurang
meninggalkan serpihan kenang atas luka yang ditorehkan sang pelaut
dia telah menambatkan kapalnya di labuhan baru yang lebih indah

aku berlari dan temukan teman untuk bermimpi
dialah sang pemacu kuda yang membawaku dalam kantung tasnya
sementara ia membonceng gadis berambut panjang berkulit kayu
lalu aku dilepas setelah perutku jujur berteriak radang usus

aku ditinggal dipinggir hutan

tak lama aku bertemu sosok diam yang sedang menghapus cat
sang pelukis,aku menyebutnya
dia memintaku tetap tinggal
karena dia lukis aku hingga kini
entah berapa lukisan yang telah dia buat
kadang dia menatap kosong pada kanvas lamanya yang telah dia buramkan pada semak
lukisan lama yang kadang menatapnya ingin kembali

sang pelukis menggambarku kini dari jarak yang jauh
dia melukisku dari atas gunung
dan aku dipinggir hutan

sang pemacu kuda sering mampir sambil beri makan kudanya saat bosan
lalu pergi lagi menjemput gadis berkulit kayu
tapi ajakku bicara dalam tiap jeda

seringkali aku bertemu sang pelaut yang terus mengirim cahya memintaku kembali
ternyata jangkar pada labuhannya telah terlepas
sinaran lampunya buatku silau
dia benar-benar meminta aku naik ke kapalnya
dia berjanji takkan terjunkan aku dari dek
atau kurbankan aku pada kraken
atas nama lautan,dia akan jadikan aku kompas pada haluannya

tidak
aku sudah berjanji pada sang pelukis untuk tunggu dia hingga lukisanku selesai
akhir musim ini
sungguh jangan paksa aku pergi darinya
aku bahagia pada dunia cat minyak dengan warna pastel

aku muak pada gadis duyung yang menggoda pelaut
jua marah pada gadis desa yang menjadi labuhannya

tapi bagaimana dengan gadis kecilku??
buah hatiku dengan sang pelaut yang dia lupakan
seorang ballerina kecil yang tinggal dipanggung emas

sang pemacu kuda tak bisa kuajak ke tengah kota,jadi dia pergi

sang pelukis mau saja,namun dia bilang tak mudah

ayo kini kembali pada tempat dudukku
aku sedang galau karena sang pelukis jauh sekali
dan dia hanya melukis dengan mata hati
aku tak ingin kecewakannya
hati menyimpan rindu pada kecupan yang tak pernah aku dapat

sementara sang pelaut memintaku berlayar bersama
aku terbayangi kelam kelok badai jelmaan
namun apakah adil jika aku tak beri dia ruang untuk mencoba?
mencoba bawa aku pada pulau surga dalam peta


dan aku


aku gadis berbaju putih
maaf aku tak pernah beri tahu
tubuhku basah dengan rayu

aku masih duduk dipinggir hutan
hutan dipinggir pantai
entah mau kemana