ketika aku melangkah setelah jatuh dari jurang
meninggalkan serpihan kenang atas luka yang ditorehkan sang pelaut
dia telah menambatkan kapalnya di labuhan baru yang lebih indah
aku berlari dan temukan teman untuk bermimpi
dialah sang pemacu kuda yang membawaku dalam kantung tasnya
sementara ia membonceng gadis berambut panjang berkulit kayu
lalu aku dilepas setelah perutku jujur berteriak radang usus
aku ditinggal dipinggir hutan
tak lama aku bertemu sosok diam yang sedang menghapus cat
sang pelukis,aku menyebutnya
dia memintaku tetap tinggal
karena dia lukis aku hingga kini
entah berapa lukisan yang telah dia buat
kadang dia menatap kosong pada kanvas lamanya yang telah dia buramkan pada semak
lukisan lama yang kadang menatapnya ingin kembali
sang pelukis menggambarku kini dari jarak yang jauh
dia melukisku dari atas gunung
dan aku dipinggir hutan
sang pemacu kuda sering mampir sambil beri makan kudanya saat bosan
lalu pergi lagi menjemput gadis berkulit kayu
tapi ajakku bicara dalam tiap jeda
seringkali aku bertemu sang pelaut yang terus mengirim cahya memintaku kembali
ternyata jangkar pada labuhannya telah terlepas
sinaran lampunya buatku silau
dia benar-benar meminta aku naik ke kapalnya
dia berjanji takkan terjunkan aku dari dek
atau kurbankan aku pada kraken
atas nama lautan,dia akan jadikan aku kompas pada haluannya
tidak
aku sudah berjanji pada sang pelukis untuk tunggu dia hingga lukisanku selesai
akhir musim ini
sungguh jangan paksa aku pergi darinya
aku bahagia pada dunia cat minyak dengan warna pastel
aku muak pada gadis duyung yang menggoda pelaut
jua marah pada gadis desa yang menjadi labuhannya
tapi bagaimana dengan gadis kecilku??
buah hatiku dengan sang pelaut yang dia lupakan
seorang ballerina kecil yang tinggal dipanggung emas
sang pemacu kuda tak bisa kuajak ke tengah kota,jadi dia pergi
sang pelukis mau saja,namun dia bilang tak mudah
ayo kini kembali pada tempat dudukku
aku sedang galau karena sang pelukis jauh sekali
dan dia hanya melukis dengan mata hati
aku tak ingin kecewakannya
hati menyimpan rindu pada kecupan yang tak pernah aku dapat
sementara sang pelaut memintaku berlayar bersama
aku terbayangi kelam kelok badai jelmaan
namun apakah adil jika aku tak beri dia ruang untuk mencoba?
mencoba bawa aku pada pulau surga dalam peta
dan aku
aku gadis berbaju putih
maaf aku tak pernah beri tahu
tubuhku basah dengan rayu
aku masih duduk dipinggir hutan
hutan dipinggir pantai
entah mau kemana
meninggalkan serpihan kenang atas luka yang ditorehkan sang pelaut
dia telah menambatkan kapalnya di labuhan baru yang lebih indah
aku berlari dan temukan teman untuk bermimpi
dialah sang pemacu kuda yang membawaku dalam kantung tasnya
sementara ia membonceng gadis berambut panjang berkulit kayu
lalu aku dilepas setelah perutku jujur berteriak radang usus
aku ditinggal dipinggir hutan
tak lama aku bertemu sosok diam yang sedang menghapus cat
sang pelukis,aku menyebutnya
dia memintaku tetap tinggal
karena dia lukis aku hingga kini
entah berapa lukisan yang telah dia buat
kadang dia menatap kosong pada kanvas lamanya yang telah dia buramkan pada semak
lukisan lama yang kadang menatapnya ingin kembali
sang pelukis menggambarku kini dari jarak yang jauh
dia melukisku dari atas gunung
dan aku dipinggir hutan
sang pemacu kuda sering mampir sambil beri makan kudanya saat bosan
lalu pergi lagi menjemput gadis berkulit kayu
tapi ajakku bicara dalam tiap jeda
seringkali aku bertemu sang pelaut yang terus mengirim cahya memintaku kembali
ternyata jangkar pada labuhannya telah terlepas
sinaran lampunya buatku silau
dia benar-benar meminta aku naik ke kapalnya
dia berjanji takkan terjunkan aku dari dek
atau kurbankan aku pada kraken
atas nama lautan,dia akan jadikan aku kompas pada haluannya
tidak
aku sudah berjanji pada sang pelukis untuk tunggu dia hingga lukisanku selesai
akhir musim ini
sungguh jangan paksa aku pergi darinya
aku bahagia pada dunia cat minyak dengan warna pastel
aku muak pada gadis duyung yang menggoda pelaut
jua marah pada gadis desa yang menjadi labuhannya
tapi bagaimana dengan gadis kecilku??
buah hatiku dengan sang pelaut yang dia lupakan
seorang ballerina kecil yang tinggal dipanggung emas
sang pemacu kuda tak bisa kuajak ke tengah kota,jadi dia pergi
sang pelukis mau saja,namun dia bilang tak mudah
ayo kini kembali pada tempat dudukku
aku sedang galau karena sang pelukis jauh sekali
dan dia hanya melukis dengan mata hati
aku tak ingin kecewakannya
hati menyimpan rindu pada kecupan yang tak pernah aku dapat
sementara sang pelaut memintaku berlayar bersama
aku terbayangi kelam kelok badai jelmaan
namun apakah adil jika aku tak beri dia ruang untuk mencoba?
mencoba bawa aku pada pulau surga dalam peta
dan aku
aku gadis berbaju putih
maaf aku tak pernah beri tahu
tubuhku basah dengan rayu
aku masih duduk dipinggir hutan
hutan dipinggir pantai
entah mau kemana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar