Senin, 18 April 2011

pengap jakarta

terik
hentakan panas
geram dalam keringat

selendang putih angin kemarau selimuti pundakku
hijau biru pelangi bukan mustahil;
hanya takkan terjadi pada terik ini

ah aku gerah pada sendumu!
cahya mungkin kemilau pada derma
tapi aku tenggelam dalam air duka

tetes air pagi sungguh dambaan
teriak kalbu hendak menari dalam kalut angin

tapi ini hanya khayal
lalu aku kembali dalam nyata

pengap!
pengap!
pengap jakarta!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar