terik
hentakan panas
geram dalam keringat
selendang putih angin kemarau selimuti pundakku
hijau biru pelangi bukan mustahil;
hanya takkan terjadi pada terik ini
ah aku gerah pada sendumu!
cahya mungkin kemilau pada derma
tapi aku tenggelam dalam air duka
tetes air pagi sungguh dambaan
teriak kalbu hendak menari dalam kalut angin
tapi ini hanya khayal
lalu aku kembali dalam nyata
pengap!
pengap!
pengap jakarta!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar